Kamis, 18 Desember 2008

Ide harus dicatat secepatnya

Ternyata benar , sebuah ide harus segera dicatat secepatnya ketika melintas di pikiran kita. kalau tidak , maka akan menguap dalam beberapa jam , dan selanjutnya susah sekali diakses.
Seperti tadi pagi ketika sedang di jalan , terlintas sebuah ide bagus yang rencananya mau saya tulis di blog ini, dan saat ini ketika sudah mau menulis tiba-tiba saya sudah tidak ingat lagi tentang topik yang akan saya kemukakan. Sudah coba cari clue dari berbagai sudut , tetap tidak mau nongol , seakan-akan terkubur di lapisan memori paling bawah.

Tapi ada hikmahnya juga , kebiasaan bawa pulpen dan notebook kecil (belum punya PDA) yang sudah lama saya tinggalkan kini kembali saya lakukan. Saya siap menangkap ide apapun yang melintas , menulisnya secepatnya , merenungkannya , kalau oke , bisa jadi tulisan di blog ini.

Catat....catattt...dan cataaattt....

Minggu, 28 September 2008

5 Prinsip orang Singapura

Kemarin saya dapat kiriman E-mail yang isinya cukup menarik untuk disharingkan. Artikel tersebut menginformasikan tentang 5 prinsip dasar kesederhanaan hidup yang dimiliki oleh orang Singapura :
  1. One wife
  2. Two children
  3. Three bedrooms
  4. Fourwheels
  5. Five thousand dollar a month (at least)
Lihat kesederhanaan prisip ini, orang Singapura berkomitmen untuk punya hanya 1 istri, 2 anak saja, 1 buah mobil, tinggal di rumah/apartemen tidak perlu besar cukup 3 kamar, tapi punya penghasilan minimal $50.000 sebulan atau sekitar 50.000.000 sebulan!!! What a wonderful life!


Selasa, 16 September 2008

Sinetron Indonesia

Berikut ini adalah adegan yang sering muncul di sinetron Indonesia akhir-akhir ini dan sepertinya menjadi wajib ada.
  1. Tokoh yang sangat baik (biasanya cantik/ganteng, miskin, teraniaya dan sial terus sampe episode terakhir)
  2. Tokoh yang sangat jahat ( bisa cantik/ganteng juga tapi matanya tajam dan suka diputar-putar atau diarahkan ke kiri atau ke kanan sambil tersenyum sinis, ini menandakan bahwa tokoh ini sedang menemukan ide brillian super jahat)
  3. Tokoh yang baik biasanya suka menangis, dan matanya suka bergetar-getar redup sambil berkaca-kaca.
  4. Adegan pertemuan antara tokoh cowok dan cewek, biasanya kalo di kampus atau sekolah tabrakan sampe bukunya tercecer, terus berpandangan dengan mata terheran-heran sayu.
  5. Kalo ketemunya di jalan maka biasanya tersrempet atau hampir tertabrak mobil tokoh cowok atau tokoh cewek, dan pasti mereka buang waktu untuk berpandangan beberapa saat walaupun kondisi lalu lintas lagi rame.
  6. Ada adegan penculikan.
  7. Ada adegan amnesia/ lupa ingatan setelah si tokoh hilang beberapa waktu.
  8. Biasanya si tokoh jahat sadar setelah tabrakan atau sakit mau meninggal.
  9. Akhir-akhir ini tokoh baik selalu miskin dan disukai oleh tokoh yang kaya tapi dimusihin sama tokoh lain yang kaya juga.
  10. Setelah episode 20 biasanya ceritanya mulai berantakan, kalo ada tokoh yang bintangnya mungkin mengundurkan diri maka ada adegan operasi plastik.
Kalo ada sinetron yang pakemnya di luar ciri-ciri ini saya akan nonton sinetron lagi.

Dunia tanpa sekolah 4

Belajar kapan saja

Munculnya kesadaran belajar, akan membuat belajar sebagi sebuah kegiatan yang mengasyikkan, karena bisa dilakukan tanpa beban. Kecenderungan anak sekolah menjadi malas belajar adalah karena ada garis tajam antara JAM BELAJAR dan JAM BERMAIN, akibatnya terjadi perbedaan persepsi yang menekan ketika JAM BELAJAR datang.
Jam belajar adalah jam ketika mereka harus duduk diam, memandangi buku, bergerak sedikit sudah ada suara SSSSSSTTTT.....
Akhirnya apa yang terjadi? Mereka menunggu jam belajar selesai! Mereka tidak sedang belajar di JAM BELAJAR.
Di dunia yang saya impikan adalah ketika waktu belajar tidak lagi didefinisikan dan ditentukan sebagai waktu belajar. Tetapi semuanya berjalan alamiah. Bukan saja anak-anak, tetapi orang dewasa juga mengalami hal yang sama, mereka terus belajar kapan saja, memperoleh pengetahuan baru, keahlian baru dsb. Sehingga kaum yang tidak sekolah formilpun akan mendapat sebutan terpelajar, dan tidak ada lagi dikotomi terpelajar dan tidak terpelajar.

BELAJAR DARI SIAPA SAJA

Di atas sudah saya kemukakan bahwa belajar tidak harus dikonotasikan dengan jam belajar khusus, tetapi sebagai sebuah kegiatan yang alamiah. Pertanyaannya dari mana memndapatkan nara sumber untuk belajar?
Jawabnya sederhana, dari siapa saja. Jika kita ingin ahli dalam bidang penataan rambut, kita bisa datang ke sebuah salon, berkenalan dan kita bisa magang tanpa dibayar di tempat tersebut. (Tentunya hal ini mungkin ketika kesadaran belajar sudah ada di setiap orang dan sudah ada sosialisasi tetang program belajar cara baru ini.)
Sambil magang di tempat tersebut kita bisa belajar bagaimana teknik menata rambut, sekaligus mencoba praktek. selanjutnya....

Adanya sebuah lembaga yang mengakreditasi dan sertifikasi hasil suatu kegiatan belajar!!!

Di sini hal yang memungkinkan sebuah dunia tanpa sekolah bisa berjalan. Peran pemerintah!!! ya.. karena sebuah dunia tanpa sekolah menjadi ideal ketika ada sebuah lembaga yang secara resmi mengakreditasi sebuah hasil belajar.
Prakteknya adalah sebagai berikut. Misal saya belajar tentang internet dari seorang pakar internet marketing, saya belajar dari apa yang dia tulis, saya belajar juga dari sumber-sumber lain, sehingga seiring berjalannya waktu keahlian saya berkembang setara dengan S2 bidang marketing misalnya. Nah....siapa yang bisa memberikan pengakuan atas hasil belajar ini? saya tidak mungkin membuat ijazah sendiri, stempel sendiri dan memwisuda diri sendiri dan menyatakan bahwa saya setara dengan S2 bidang marketing. Ini bisa gila dan mengacaukan sistem.

Nah seandainya ada lembaga resmi yang diselenggarakan atau disahkan oleh pemerintah untuk mengakreditasi setiap hasil belajar dari seseorang maka saya akan mungkin untuk mendapatkan pengakuan secara formil akademik. Jadi saya tinggal mendaftarkan diri, mengajukan permintaan untuk diuji sesuai keahlian dan pengetahuan saya, dan hasil dari ujian tersebut saya akan diberikan strata atas hasil penilaian dari tim ini. Misal ternyata hasil belajar saya selama 2 tahun belum bisa disetarakan dengan S2 , tetapi baru bisa setingkat diploma atau D3. Nah...bukankah ini menyelesaikan masalah bagi mereka yang tidak punya kesempatan unutk kuliah di unversitas?

Setiap orang, siapapapun, kapanpun, dari latar belakang apapun, kondisi ekonomi bagaimanapun akan bisa mendapatkan pengakuan secara formal atas hasil belajarnya.
Hal ini sangat mungkin terjadi, dan semoga brainstorming ini bisa diakses oleh seseorang yang mampu untuk membuatnya menjadi kenyataan

Sekian.....

Selasa, 19 Agustus 2008

GERAKAN ANTI PERMEN

Beberapa waktu yang lalu, saya baca sebuah artikel yang judulnya "Jangan remehkan uang receh" intinya penulis artikel tersebut menyarankan untuk tidak menghamburkan uang receh (koin) tapi mengumpulkannya dan kemudian ditabung di bank setelah jumlahnya banyak. sesuai saran adalah jangan beli pake uang receh, tapi pakai uang 1000,5000,atau 10000 dan kalau ada kembalian receh dikumpulkan. Nah...ide ini bagus juga karena kalau dihitung-hitung jumlahnya bisa banyak juga, kadang-kadang karena nilainya kecil kita jadi tidak terlalu menghargainya. saya mulai melakukan hal ini dan yahhh lumayan bisa menabung juga....

Tetapi beberapa waktu ini saya jadi terganggu dan agak emosi dengan munculnya mata uang baru berupa PERMEN entah itu di toko kelontong sampai supermarket yang canggih. Selalu saja ada mata uang permen sebagai kembalian. Kalau dulu mungkin karena kembalinya 100 rupiah dikasih permen saya masih maklum, tapi akhir-akhir ini makin gila....500,700,800...dikasih permen!!! Saya pikir-pikir lama-lama bisa diabetes orang-orang di Indonesia kalau begini terus. Karena jengkel saya kumpulkan uang tersebut dan kira-kira ada 20 permen....berarti 2000 rupiah kan....saya kebetulan mau beli sabun....nah saya kasih tuh permen ke toko kelontong yang menggunakan mata uang permen tersebut. Apa akibatnya? terjadi gontok-gontokan dan perdebatan yang mengakibatkan saya mungkin diblacklist dari daftar tamu toko tersebut. Kok ngga logis ya...dia kasih kembalian pake permen seenaknya...ada orang beli pake permen malah marah ...ini benar-benar pembodohan.

Saya mengajak kepada semua blogger Indonesia untuk mengadakan gerakan anti permen dengan menolak kembalian dengan mata uang PERMEN, kembalikan kejayaan celengan!!! Kembalikan keindahanbunyi kricik-kricik logam di celengan kita!!! Kalau masih diberlakukan maka harus ada arus timbal balik yaitu para pedagang harus mau menerima pembelian dengan mata uang permen juga.

Bangsa yang maju salah satunya karena rakyatnya suka menabung, kita baru belajar menabung sudah terganjal dengan permen ......Semoga departemen Perdagangan dan Departemen keuangan bisa memperhatikan hal kecil yang dampaknya juga bisa besar ini.
Hidup celengan.....hidup kricik-kricik.....

Senin, 18 Agustus 2008

Sampah dan bukan sampah

Suatu saat saya melihat setumpuk sampah di depan rumah, berserakan dan sama sekali tidak berguna...satu-satunya jalan harus dibuang...saya melihatnya diangkut truk sampah dan selanjutnya tidak memikirkannya lagi.
Pikiran saya tentang sampah terbangkit kembali siang harinya, ketika seorang teman datang membawa sebuah buku dan berkata "buku ini isinya hanya sampah", selanjutnya ketika sedang chating, teman chatting saya nulis begini "banyak e-book yang ditulis tapi sebagian besar isinya juga sampah". Nah saya mulai mikir-mikir....apa sih yang disebut sampah itu....(hehehe soalnya hobbyku mikir). Saya mulai baca buku yang kata teman isinya hanya sampah....hmmm...tentang motivasi.....dan saya membacanya perlahan....hmmm memang hal-hal yang sudah umum....dan tiba-tiba ada satu bab yang isinya sama dengan pergumulan hidup yang saya alami....dan ting....!!! saya seperti menemukan lampu di tengah gelap. Dan saya berkata...buku begini kok dikatakan sampah....
Apa kesimpulannya? sesuatu dikatakan sampah ketika sesuatu itu tidak berguna bagi seseorang, bahkan sampah yang dibuang di toko-toko masih berguna bagi pemulung, berguna bagi pebisnis sampah, berguna bagi pemilik perusahaan daur ulang, berguna bagi perajin yang membutuhkan bahan-bahan untuk kerajinannya.
Sejak hari itu saya mempunyai paradigma yang berbeda terhadap sampah. Saya selalu membuang sampah PADA TEMPATNYA!!! karena ketika sampah berada "pada tempatnya" dia akan berguna. Ok selamat membuang sampah PADA TEMPATNYA

Selasa, 12 Agustus 2008

Dunia tanpa sekolah 3

Wah akhirnya bisa nulis lagi setelah beberapa hari lebih seneng copy paste untuk mengisi otak ini...
Ya.... masih seputar dunia tanpa sekolah...saya akan lanjutkan angan-angan ini.
1.Belajar di mana saja.
Saya punya seorang teman yang hobby belajarnya gila bener, otaknya seperti mesin penanya yang luar biasa, jangan coba untuk memberikan sebuah topik kepadanya kalau lagi tidak mood untuk berdebat. Di setiap tempat, hal dan waktu teman saya ini bisa menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak pernah saya pikirkan walaupun kata teman2 pikiran saya ini juga pada tingkat yang aneh-aneh dan ada-ada saja...pernah suatu saat saya sampai pulang terlambat ke rumah gara-gara teman saya ini tertarik belajar memeras susu sapi! Dia nekad tidak pulang hanya untuk belajar memeras sapi hari itu. Memang menjengkelkan, tetapi hari itu teman saya ini punya pengetahuan baru yang mungkin ada gunanya di masa depan. Ketika saya mengingatnya saya jadi yakin bahwa kita semua bisa pinter, berpengetahuan luas, cerdas,punya keahlian asal kita punya kesadaran belajar. Belajar di mana saja....bukan kesadaran sekolah, soalnya kalau yang dipunyai adalah kesadaran sekolah, maka yang akan terjadi adalah seperti sekarang ini...ketika pulang dari sekolah siswa akan merasa bebas,lepas, dan gembira karena terlepas dari kewajiban yang disebut belajar. Paradigma seperti ini membuat kata "BELAJAR"menjadi beban yang menakutkan. Belajar adalah sekolah, di luar sekolah tidak ada pembelajaran!
Dunia yang saya impikan adalah dunia di mana ada kesadaran belajar dari setiap orang, dia bisa belajar di mana saja...ketika saya ingin bisa memasak, saya tinggal datang ke salah satu restoran , berkenalan dengan kokinya, kemudian nego untuk belajar dari dia...dan seterusnya...
Saya berjanji....akan saya ingat untuk membelajarkan anak saya terlebih dahulu sebelum menyekolahkannya. Saya harus membentuk kesadaran belajarnya sejak dini, sebelum dia terjebak di kesadaran sekolah!
Bersambung....

Jumat, 25 Juli 2008

Dunia tanpa sekolah 2

Sebuah dunia tanpa sekolah??? kayaknya begitu radikal dan ekstrim....lebih baik dirubah menjadi sebuah dunia tanpa (harus) sekolah (formal). Di dunia seperti itu, tidak akan ada kata "putus sekolah", tidak ada lagi kasta karena yang satu lulusan sd, yang satu sudah S3. Di dunia yang tidak harus sekolah ini tidak ada lagi kata berpendidikan atau tidak berpendidikan. Yang ada hanya satu kata "pembelajar" atau bukan!!!

Sekolah memang tidak harus, tetapi belajar harus!! belajar tidak harus di sekolah, di manapun bisa, kapanpun bisa. Di dunia yang saya khayalkan itu kata belajar samasekali terputus hubungannya dengan kata "SEKOLAH". Selama ini sekolah identik dengan belajar secara khusus, di ruangan yang khusus, diwaktu yang khusus... bahkan sampai bertahun-tahun , sampai lupa untuk berkarya nyata. Bertahun-tahun orang dikelilingi buku, mengurung diri di dinding yang namanya sekolah, ketika sudah puas, dan dinyatakan berhasil....keluarlah dia dari dinding itu dan menemui kenyataan bahwa di luar sana tidak identik dengan apa yang dipelajarinya. Sedangkan tanpa disadarinya waktu terus berlalu dan waktu untuk berkarya nyata sudah hampir habis juga....

Apa yang dibutuhkan di sebuah dunia yang tidak harus sekolah ini? Sebuah komitmem bersama untuk mau BELAJAR!!! ya....yang harus ditanyakan ketika melamar kerja bukan lagi "kamu lulusan apa? di mana? nilai berapa?" yang harus ditanyakan adalah "kamu umur berapa?" "apa yang sudah kamu pelajari selama ini?" "Kamu bisa apa?" "Apa keahlian kamu?" Untuk menjawab pertanyaan yang terakhir tadi seseorang tidak harus menunjukkan sebuah ijazah formal dari sebuah sistem yang disebut sekolah!!!

Hal yang saya bayangkan di atas, akan menimbulkan pertanyaan...bagaimana belajar tanpa sebuah sistem? Bukankah tujuan sekolah adalah memungkinkan seseorang belajar secara sistematis? Bertahap... dan tidak ngawur? Ya ...memang benar.....memang harus ada sistem yang mengatur.....sebuah sistem belajar!...bukan sekedar sistem sekolah yang memformalkan sebuah kegiatan belajar!! Sebuah sistem yang saya khayalkan adalah sebuah sistem yang terdiri dari :
  1. Belajar di mana saja
  2. Belajar kapan saja
  3. Belajar dari siapa saja
  4. Adanya sebuah lembaga yang mengakreditasi dan sertifikasi hasil suatu kegiatan belajar!!!
(Bersambung)

Jumat, 11 Juli 2008

Dunia tanpa sekolah 1

Minggu ini liburan sekolah sudah usai, anak-anak sekolah sudah mulai sibuk mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas belajarnya lagi. Baik yang baru naik kelas atau baru lulus dari sd,smp , atau smu. Sekolah2 favourite jadi rebutan, daftar sana, daftar sini.Toko-toko buku mulai ramai dikunjungi, toko sepatu, toko tas, toko buku pelajaran, penjahit seragam sekolah dll......wah bener-bener sibuk.

Sebagian orang tua dengan senang hati mempersiapkan semua kebutuhan ini, ada sebagian yang harus berkerut dahinya memikirkan dana untuk semuanya ini. Ada yang berlomba masuk sekolah terbaik tapi ada juga yang bingung harus sekolah di mana. Untuk masuk sekolah dengan biaya terendahpun sekarang harus pikir-pikir panjang. Sebagian orang tua pasrah membiarkan anaknya tidak melanjutkan sekolah dan membiarkan anaknya bekerja.

Suatu saat saya pernah itung-itung , berapa ya biaya yang harus saya keluarkan untuk mengkuliahkan anak saya di tahun 2020? Mulai dari biaya semesteran , kost (kalau di luar kota), makan , transport, keperluan belajar, jalan-jalan, biaya kesehatan......dan masih buaaaanyyak lagi. Apalagi kalo anak cewek....mmhhh tambah membengkak lagi. Dengan memperhitungkan tingkat inflasi dan sebagainya, hitungan saya berkisar antat 5-10 juta per bulan, dengan asumsi kuliahnya di kota seperti Jakarta atau Surabaya, dan di universitas yang sudah punya reputasi. Wahhh banyak juga .....dengan uang segitu saya bisa cari orang pinter untuk ngejalanin bisnis......heheheh. Saya jadi mikir.... gimana ya seandainya sekolah ditiadakan saja.....sebuah dunia TANPA SEKOLAH!!!!
(bersambung)

Jumat, 04 Juli 2008

Kata-kata inspirasi di jalan-jalan

Setiap pagi ketikakita dalam perjalanan ke tempat kerja maka hal paling dominan yang memenuhi otak kita adalah spanduk, baliho , papan iklan yang bertebaran di mana-mana. Kita dipacu sejak pagi untuk membeli dan membeli. Sejak bangun pagi kita sudah diberi keyakinan di dalam otak kita bahwa ada yang kurang di dalam hidup kita karena kita belum membeli atau memiliki suatu produk tertentu. Yang sudah berkecukupan saja merasa ada yang kurang apalagi yang masih berada di bawah standar ekonomi yang layak....betapa "kemrungsungnya"

Memang iklan di jalan akan membuat perekonomian berjalan, menambah pendapatan daerah dan memang sih ada aspek positifnya. Tapi aspek negatifnya adalah bikin pemandangan kurang bagus karena penataan yang semrawut dan akibatnya malah menimbulkan kekacauan pikiran orang yang sedang memakai jalan.

Saya belum punya ide yang bagus soal penataan iklan di jalan , tapi ada satu keriduan di hati saya ketika saya sedang berkendara di jalanan kota saya, saya akan menemukan banyak spanduk, baliho dan neon box yang isinya adalah kata-kata motivasi dan inpirasi. Bagi para motivator yang membaca tulisan ini , mungkin bisa memulainya dengan memasang kata-kata inspirasinya di jalan-jalan, saya banyak mendapat kata2 inspirasi dari kartu-kartu yang diterbitkan oleh Bapak Andri Wongso , tapi kata-kata tersebut mungkin akan lebih berdampak ketika terpampang menghiasi jalanan di kota, entah di pintu masukkota , di tengah kota dan sebagainya dalam ukuran yang besar.........

Tentunya perlu biaya juga ya...lagi-lagi akhirnya perlu sponsor...hehehehhe
Kalau saja saya punya dana gede .... ga apa-apa deh saya pasang yang gede juga....tanpa emebel-embel harus beli produk dsb.
Kalau beberapa waktu yang lalu ada seorang motivator yang tebarin duit dari helikopter, mengapa sulit untuk pasang kata-kata inspirasi di sudut-sudut kota?

Rabu, 25 Juni 2008

Bank untuk anak

Pada suatu saat, saya sedang berada di salah satu Bank swasta nasional, saya melihat seorang anak berumur kira-kira 5 tahun bersama ayahnya yang sedang menyetorkan uang di salah satu teller bank itu. Anak itu berada disebelah kaki ayahnya sambil menengok ke atas. Nampak jelas keingintahuan di raut wajahnya. Sambil menarik narik celana ayahnya, anak itu setengah berteriak berseru " Pa...ngapain pa? aku pengen liat.....Serta merta ayahnya menggendongnya dan dengan antusias anak itu memperhatikan transaksi yang sedang dilakukan ayahnya.

Ada sebuah ide terlintas di pikiran saya, mengapa Bank tidak menyediakan ruang khusus untuk anak-anak? Sebuah ruangan di mana anak-anak bisa belajar bertransaksi perbankan sejak dini. Mungkin meja tellernya bisa dibuat lebih rendah sehingga anak-anak bisa bertransaksi dengan baik. Selama ini disediakan tabungan untuk anak-anak, tapi tidak disediakan tempat di mana anak-anak bisa belajar bertransaksi perbankan secara nyata, benar-benar menabung dan dilayani dengan profesional pula.

Bagi pihak perbankan ini bisa menjadi program layanan yang baru, sekaligus mendidik anak untuk akrab dengan dunia perbankan sejak dini.

Senin, 23 Juni 2008

Gagasan itu beterbangan di udara

Sebuah gagasan datangnya memang tidak disangka-sangka, gagasan bisa mucul tiba-tiba ketika kita bangun tidur, berolah raga,mandi, memancing, naik gunung atau merenung atau bahkan ketika kita sedang melamun. Seringkali pemecahan masalah yang begitu rumit tiba-tiba mucul ketika kita tidak sedang fokus ke masalah tersebut. Banyak pula ide-ide brillian yang hilang begitu saja di momen-momen tertentu karena kita tidak memperhatikan atau tidak mencatatnya. Saya begitu takjub dengan mekanisme ini. Nampaknya pencipta kita sudah mendesain sebuah sistim yang membuat hal ini terjadi.
Ada banyak fakta menarik tentang ide-ide ini
  1. Jarang sekali ide bagus datang ketika kita sedang berpikir keras untuk memecahkan sebuah masalah, berpikir keras hanyalah sebuah tahapan proses penggalian ide, tapi ide muncul ketika kita memutuskan untuk tidak lagi memikirkannya.....menarik bukan?
  2. Banyak penemuan besar terjadi ketika manusia sedang dalam kondisi santai, contohnya rumus E=MC2 ditemukan bukan ketika Einstein ada di lab, justru ditemukan ketika dia sedang bersantai mendayung perahu di sungai! Archimedes, setelah berhari-hari pusing memikirkan tentang berat jenis , justru mendapatka eureuka ketika sedang melepas penat dengan mandi berendam! Dan saya sendiri seringkali menemukan kunci saya yang hilang ketika saya duduk diam dan menyerah setelah dengan emosi meluap mengubek2 kamar saya dan mencarinya di setiap sudut..... seharian!!
  3. Sering juga di pikiran kita sesaat terlintas ide bagus, yang belum pernah didengar orang dan kita berpikir itu sebuah ide baru.... eeehh tiba-tiba kita membaca koran hari itu bahwa ada seseorang sedang megembangkan sebuah ide persis sama seperti yang kita pikirkan. Dan kita cuma bisa menggumam....hmmmm ....itu kan ide saya.....
Saya sementara ini mencoba memandang bahwa ide atau gagasan adalah sebuah sumber daya alam yang jumlahnya tak terbatas dan berterbangan di sekitar kita, dan otak kita adalah sebuah receiver dari gagasan-gagasan tersebut. Dan Receiver tersebut paling efektif digunakan ketika kondisinya benar-benar fresh dan tidak sedang penuh dengan program.

Anda punya ide? Segera catat...(biasakan bawa pulpen dan booknote /atau catat ide anda di HP/PDA/laptop yang anda bawa) Ide ini biasanya ada yang aneh, bahkan gila, tetapi jangan diremehkan, pada waktu yang tepat , atau pada tang yang tepat sebuah ide gila bisa jadi sesuatu yang luar biasa... dan akan membuat semua orang bergumam.....Gila!!!

Blog ini menerima percikan ide anda, kirimkan ke wenblessed@yahoo.com ide yang menarik dan terutama orisinal akan kita terbitkan di blog ini. Mari kita saling menginspirasi sehingga selalu tercipta hal-hal baru di lingkungan kita ini. Selamat menemukan gagasan!!!!

Stop Dreaming Start Action